Izinkan aku mengenalkan bocah kecil
Dengan pakaian kumal bin dekil
Kulit hitam, legam
serta gigi-gigi putih yang mungil
Mungkin terlalu menjijikkan bagimu
Mengenalkan seorang bocah yang tiada apanya
Tiada hartanya, tiada sekolahnya
Hingga sedikit pula ilmunya
Dengan hidup yang sangat menyulitkan tanpa nsima
Ya....
Afrika, Afrika...
Sungguh tiada levelnya,
Setiap pagi buta hanya pergi ke ladang
berharap pada bulir-bulir chimunga
Itulah jadinya,
Saat musim kering tiba,
kasihan sekali bila harus makan gaga
Namun siapa mampu menyangka
Sebongkah batu api telah menyala di dada Kamkwamba
Mencerahkan hari usangnya
Meringankan langkah beratnya
dan memberi warna bagi hidupnya.
Kincir Angin
Angin Listrik
Magetshi a mphepo
Mesin listrik
Adalah obsesi yang menerbangkan sedihnya
Menggantinya dengan payung kegembiraan tak tergantikan
Sungguh sangat kau sadari ilmunya secuil dari Thomas Alfa
Sedikit sekali dari guru-guru di Kachokolo atau Asrama Madisi
Dan tiada sebanding dengan Tom, teman sekonferensi TED
Hanya modal pengetahuan listrik dasar
Kau sungguh luar biasa,
Tanganmu seperti sihir yang menyulap tiada menjadi ada
Mengubah gelap menjadi cahaya
(Inspirasi: Novel Bocah Penjinak Angin)
Nsima: bubur jagung kental
Chimunga: jagung
Gaga: kulit jagung
Magetsi a mphepo: mesin listrik
Kosakata di atas merupakan bahasa chicawa (bahasa Negara Malawi) yang saya temui dalam novel.
By: Aasiyah Humnah
Sabtu, 11 Februari 2012. Pukul 12:11
Di Ruang Karya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar